Ketika ku tidak mengenal seseorang, sikapku selalu cuek padanya seola-ola tak begitu kuperhatikan ketika ku berkomunikasi padanya karena aku merasa dia adalah orang aseing yang belum kenal siapa aku,, suatu saat aku mengalami suatu imtihan tahfid yang diadakan oleh hai’a tahfidul qur’an yang kerap disingkat dengan HTQ, karena kebetulan seorang seniaor pengujiku belum terlalu akrab denganku bahkan aku belum mengenalnya dengan sikap kepedeanku aku memberanikan diriku untuk mengatan”ustad saya sudah nerfes dengan antum, oleh karena itu antum jangan menambah pertanyaan yang terlalu sulit sehingga membuat kabur hafalan saya”. Dari sinilah aku memulai imatihanku agar menghilangkan perasaan nerfes sehingga aku lancer dalam memjawab semua pertanyaan dari sang senior pengujiku. Karena aku menunggu sampai semua peserta imtihan berakhir tinggal berdua seniorku dan aku, kemudian aku memngungkapkan apa saja yang saya alami dalam menghafal qur’an, aku menceritakan semua lika-liku mengapa hafalan saya bisa terbengkalai oleh urusan yang lain karena aku tidak bisa istiqoma kata beliau disinilah aku mulai ada greget dan keinginan untuk lebih mendalami alqur’an , beliau juga berkata memang kita mempelajari sesuatu harus dengan sabar dan istiqomah dan jangan sampai putus asa, ketika kita putus asa maka lebih berat ujian yang kita hadapi sebab setan semakin merajalela. Dan juga suatu usaha itu yang paling penting dengan dibarengi sebuah niat yang benar… wallahu’alam bishoab,,J